Patriarki menurut Kamla Bhasin adalah sistem yang selama ini meletakan kaum wanita terdominasi dan tersubordinasi (patriarki).
Hubungan antara wanita dan laki-laki bersifat Hierarkis : yakni laki-laki berada pada kedudukan dominan sedangkan wanita sub-ordinat, (laki-laki menentukan, wanita ditentukan)
wanita di dalam sektor tenaga kerja : Laki-laki mengontrol produktivitas wanitadi dalam dan di luar rumah tangga, dalam kerja bayaran.
Dalam sektor agama, jelas-jelas wanita banyak dirugikan oleh aturan-aturan agama misalnya : Di gereja katolik, hierarki keagamaan laki-laki memutuskan apakah laki-laki dan wanita bisa mengunakan metode-metode kontrol kelahiran, metode mana yang di perbolehkan, apakah wanita bisa menggugurkan kandungan yang tidak di kehendaki. Di konsep Muslim, wanita walau telah diangkat derajatnya, sampai surga di bawah telapak kaki wanita, tapi dalam kenyataannya mereka telah ditipu mentah-mentah dengan interpretasi-interprestasi agama yang palsu (yang tentu saja oleh kaum laki-laki, semua imam fikih adalah laki-laki). Dalam agama Hindu, bahkan ada aturan kalau sang suami meninggal dunia, sang istripun harus ikut membakarkan diri bersama suaminya.
Ideologi ini dianggap merupakan salah satu dari basis penindasan wanita karena ;
*Menciptakan watak feminim dan maskulin yang melestarikan patriarki,
*Menciptakan dan memperkuat pembatas antara privat dan publik,
*Membatasi gerak dan perkembangan wanita serta memproduksi dominasi kaum laki-laki.
Kontrol atas seksualitas wanita.
Wanita diwajibkan untuk memberikan pelayanan seksual kepada laki-laki sesuai dengan kebutuhan dan keinginan si laki-laki. Sebuah analisis feminis radikal mengatakan bahwa wanita di bawah patriarki tidak hanya menjadi ibu, tetapi juga budak seks, dan ideologi patriakal mempertentangkan wanita sebagai mahluk seksual dengan wanita sebagai ibu. Menurut analisis ini, perkosaan tidak ada disemua masyarakat tetapi merupakan ciri patriarki. perkosaan di pandang sebagai peralatan politik yang efektif. Penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa terhadap orang-orang yang tidak berkuasa.
Kontrol Atas Gerak wanita :
wanita dianggap sebagai subordinat dalam keluarga, kewajiban mencari nafkah terletak pada pihak suami. Dan ini menciptakan power gap dalam keluarga, karena suami akan memiliki hak lebih banyak karena dia adalah penghidupan keluarga.
wanita merupakan pengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang dicurahkan untuk meningkatkan daya pikir dan wawasan, yang berakibat tentunya sumber daya wanita sendiri yang termarginalisasi.
Akankah wanita akan diam saja atas hegemoni laki-laki? Jawabnya tidak, karena laki-laki yang sadar pun tak akan membiarkannya. Perlu revolusi pemikiran dari seluruh komponen masyarakat yang intinya menembus tembok-tembok yang telah diciptakan dan dilegalisasikan oleh jaman manusia.
Jika hari ini wanita-wanita di beberapa belahan dunia telah merasakannya, tugas kita adalah menjalari setiap darah wanita di dunia ini dengan kebebasan dan kesetaraan. Kita adalah sama, secara fisik dan psikis mungkin laki-laki dan wanita berbeda tapi itu bukan alasan sama sekali untuk membedakannya.